Kebiasaan Sarapan Bisa Bikin Anak Berprestasi di Sekolah
A
A
A
JAKARTA - Tak hanya memberikan rasa kenyang, sarapan juga mempengaruhi proses pembelajaran dan prestasi anak di sekolah. Kinerja kognitif ini terutama dalam hal daya ingat dan kemampuan memperhatikan pelajaran di sekolah. Kebiasan sarapan juga berhubungan positif dengan kualitas nilai dan prestasi anak di sekolah.
Namun sayang, masih banyak anak usia sekolah yang melewatkan sarapan dengan berbagai alasan. Misalnya sulit membangunkan anak lebih pagi, anak sulit diajak sarapan, tidak cukup waktu untuk mempersiapkan sarapan di pagi hari atau takut terlambat sekolah. Padahal, sarapan memiliki kolerasi erat dengan kerja otak dan pengaruhnya pada kemampuan konsentrasi dan berpikir akademis.
"Sarapan bergizi terbukti mampu mengembalikan energi tubuh dan terbukti membantu meningkatkan konsentrasi pada saat belajar hingga membantu meningkatkan prestasi akademis, menjaga daya tahan tubuh agar tetap sehat sekaligus mencegah anak dari konsumsi jajanan yang tidak sehat," papar Ketua Umum PERGIZI Pangan Indonesia, Prof. Dr. Hardinsyah, MS saat acara kampanye Energen Sarapan Bernutrisi Agar Perut Terisi Siap Berkonsentrasi di Artotel, Jakarta, Selasa (31/7/2018).
"Menu sarapan bergizi adalah yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air," tambahnya.
Dengan kata lain, sarapan pada anak penting karena dapat membantu mengembangkan cara berpikirnya. Bahkan, Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDI), dr Ulul Albab, SpOG mengatakan anak yang jarang atau tidak pernah sarapan akan memiliki cabang otak yang sedikit sehingga menghambat daya pikirnya. Sedangkan anak yang selalu sarapan memiliki banyak cabang di otak sehingga menghasilkan anak yang cepat tanggap.
"Anak yang tidak melakukan sarapan akan cenderung lamban beraktivitas dan memiliki tingkat konsentrasi yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sarapan untuk anak terutama ketika anak masih sekolah adalah hal yang sangat penting. Anak-anak mempunyai metabolisme glukosa otak yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa," kata dr Ulul.
Dengan terpenuhinya kebutuhan nutrisi dalam tubuh anak, mampu meningkatkan konsentrasinya dalam menerima pelajaran. Oleh karena itu, orangtua perlu memperhatikan dan menyiapkan sarapan bernutrisi untuk buah hatinya. Hal ini pun sesuai dengan sejumlah penelitian yang menyebutkan hal serupa.
"Studi mengenai positron emission tomography mengindikasikan bahwa tingkat metabolisme dari penggunaan glukosa kurang lebih dua kali lipat lebih tinggi pada anak-anak usia 4—10 tahun dibandingkan dengan orang dewasa," tutur dr Ulul.
Namun sayang, masih banyak anak usia sekolah yang melewatkan sarapan dengan berbagai alasan. Misalnya sulit membangunkan anak lebih pagi, anak sulit diajak sarapan, tidak cukup waktu untuk mempersiapkan sarapan di pagi hari atau takut terlambat sekolah. Padahal, sarapan memiliki kolerasi erat dengan kerja otak dan pengaruhnya pada kemampuan konsentrasi dan berpikir akademis.
"Sarapan bergizi terbukti mampu mengembalikan energi tubuh dan terbukti membantu meningkatkan konsentrasi pada saat belajar hingga membantu meningkatkan prestasi akademis, menjaga daya tahan tubuh agar tetap sehat sekaligus mencegah anak dari konsumsi jajanan yang tidak sehat," papar Ketua Umum PERGIZI Pangan Indonesia, Prof. Dr. Hardinsyah, MS saat acara kampanye Energen Sarapan Bernutrisi Agar Perut Terisi Siap Berkonsentrasi di Artotel, Jakarta, Selasa (31/7/2018).
"Menu sarapan bergizi adalah yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air," tambahnya.
Dengan kata lain, sarapan pada anak penting karena dapat membantu mengembangkan cara berpikirnya. Bahkan, Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDI), dr Ulul Albab, SpOG mengatakan anak yang jarang atau tidak pernah sarapan akan memiliki cabang otak yang sedikit sehingga menghambat daya pikirnya. Sedangkan anak yang selalu sarapan memiliki banyak cabang di otak sehingga menghasilkan anak yang cepat tanggap.
"Anak yang tidak melakukan sarapan akan cenderung lamban beraktivitas dan memiliki tingkat konsentrasi yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sarapan untuk anak terutama ketika anak masih sekolah adalah hal yang sangat penting. Anak-anak mempunyai metabolisme glukosa otak yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa," kata dr Ulul.
Dengan terpenuhinya kebutuhan nutrisi dalam tubuh anak, mampu meningkatkan konsentrasinya dalam menerima pelajaran. Oleh karena itu, orangtua perlu memperhatikan dan menyiapkan sarapan bernutrisi untuk buah hatinya. Hal ini pun sesuai dengan sejumlah penelitian yang menyebutkan hal serupa.
"Studi mengenai positron emission tomography mengindikasikan bahwa tingkat metabolisme dari penggunaan glukosa kurang lebih dua kali lipat lebih tinggi pada anak-anak usia 4—10 tahun dibandingkan dengan orang dewasa," tutur dr Ulul.
(alv)